WILAYAH KERJA: PROVINSI JAWA BARAT, DKI JAKARTA, BANTEN, DAN LAMPUNG

TATA KRAMA DALAM ADAT ISTIADAT ORANG KATOBENGKE DI KOTA BAU-BAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Raodah Raodah

ABSTRACT
Tata krama dalam adat istiadat orang Katobengke mencerminkan perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari dalam berinteraksi. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk-bentuk tata krama orang Katobengke dalam lingkup keluarga dan masyarakat, serta tata krama dalam berbagai upacara adat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui observasi dengan penentuan lokasi secara purposive, wawancara mendalam dengan informan yang dipilih secara acak dari tokoh adat, parabela, imam kampung, dan warga Katobengke, serta teknik dokumentasi. Hasil penelitian menggambarkan bahwa tata krama orang Katobengke sangat dipengaruhi oleh norma adat yang berlaku, dan sesuai tuntunan parabela selaku ketua adat. Bentuk-bentuk tata krama dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari meliputi tata krama dalam menyapa dan bersikap, tata krama duduk, makan dan minum, berpakaian serta berinteraksi dengan masyarakat. Sedang tata krama dalam upacara adat (haruo) meliputi: Tuturangi Lipu Morikana, Posuo, upacara perkawinan, dan beberapa ritual adat yang masih berpegang teguh sesuai ajaran leluhur orang Katobengke.

Manners in the customs of the Katobengke people reflect their behavior in daily life. This paper aims to find out and describe the form of Katobengke manners within family and community, as well as manners in various traditional ceremonies. The method used in this study is descriptive with a qualitative approach. Data collection techniques are carried out through field observation by determining the location in a purposive manner, depth interviews with informans randomly selected from traditional leaders, parabela, village priests, and residents of Katobengke, as well as documentation techniques. The results of the study illustrate that manners of Katobengke people are strongly influenced by the custumory norms that apply and in accordance with parabela guidance as customary leader. The forms of manners in society and daily life include manners in greeting and behaving, manners of sitting, dressing, eating and drinking, as well as interacting with community; while manners in traditional ceremonies include Tuturangi Lipu Morikana, Posuo, marriage ceremonies, and some traditional rituals, which still adhere to the ancestors teaching of Katobengke people.

KEYWORDS
orang Katobengke, tatakrama, parabela

FULL TEXT:PDF

REFERENCES

DAFTAR SUMBER
Jurnal, Makalah, Laporan Penelitian, Skripsi dan Tesis

Alifuddin,Muhammad. “Siginfikansi Upacara Siklus Posuo Dalam Membangun Semesta Kepribadian Remaja Wanita Pada Masyarakat Buton”dalam Al Izzah Vol.10 No.1. Juli 2015.Hlm.1-17.

Ardin,dkk. “Makna Simbolik Pertunjukan Linda Dalam Upacara Ritual Karia di Kabupaten Muna Barat Sulawesi Tenggara” dalam Catharsis.Vol.6 N0.1 Agustus 2017.Hlm.57-64.

Dirman Laode, 2015.

Perlawanan orang Katobengke terhadap Hegomoni elite Tradisional Kota Bau-Bau Sulawesi Tenggara. Disertasi. Program Doktor.Program studi Kajian Budaya. Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Halking, 2014. Tradisi Perkawinana Adat Buton Provinsi Sulawesi Tenggara: Kajian Tentang Hubungan Timbal Balik antara Agama Islam dan Tradisi Lokal. Disertasi. Makassar: Program Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Alauddin.

Husain, M.Najib,dkk. Penerapan. “Komunikasi Kelompok Dalam Kepeminpinan Parabela di Masyarakat Kabupaten Buton”. Dalam Jurnal Ilmu Komunikasi Vol.10 No.2. Agustus 2012.Hlm.134-145.

Ninik Hindaryatiningsi. “Model Proses Pewarisan Nilai-Nilai Budaya Lokal Dalam Tradisi Masyarakat Buton. Jurnal Sosiohumaniora, Vol.18 No.2 Juli 2016. Hlm 167-184.

Sahlan,2012. Kearifan Lokal Pada Kabanti Masyarakat Buton dan Relevansinya dengan Pendidikan Karakter. Jurnal el Haraka Vol.14 No.2 Tahun 2012

Buku

Ariani, Christriyati, dkk. 2002.

Tata Krama Suku Bangsa Jawa di Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta. Proyek Pemanfaatan Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Hafid, Yunus. 2000.

Tata Krama Suku Bangsa Mandar di Kabupaten Majene. Departemen Pendidikan Nasional Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Sulawesi Selatan.

Moleong,L.J.2001.

Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Paeni Mukhlis, dkk.1990.

Tata Kelakukan di Lingkungan Pergaulan Keluarga dan Masyarakat Makassar. Departen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional. Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya.

Rudyansah,Tony.2009.

Kekuasaan, Sejarah, dan Tindakan: Sebuah Kajian Tentang Lanskap Budaya. Jakarta: Rajawali Pers.

Tahara Tasrifin, 2014.

Melawan Stereotip (Etnografi, Reproduksi Identitas, dan Dinamika Masyarakat Katobengke Buton yang Terabaikan). Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).

Zuhdi, Susanto, 2010.

Labu Rope Labu Wana: Sejarah Buton yang Terabaikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Internet

“7 Ragam Pakaian Adat Buton”,diakses dari

https://fitinline.com/article/read/7-ragam-pakaian-adat-buton/, tanggal 9 September 2017

Sumber Lisan/Informan

Lazia (70 tahun), Imam Adat Katobengke, Kelurahan Lipu, wawancara, Mei 2017.

Lazade (29 tahun), Anak Parabela, Kelurahan Katobengke, Wawancara, Mei 2017.

WaNyba (45 tahun), ibu rumah tangga, Kelurahan Katobengke, Wawancara, Mei 2017

Popular Posts