A. Pendahuluan
Kehidupan berbangsa dan bernegara senantiasa dibayangi oleh masalah disintegrasi bangsa. Persoalan disintegrasi bangsa sudah ada sejak Negara Kesatuan Republik Indonesia diproklamirkan dan sampai sekarang masalah itu tidak kunjung selesai. Para ahli telah melontarkan pendapatnya bahwa untuk mengatasi masalah disintegrasi itu perlu dibangun kesadaran sejarah untuk seluruh rakyat Indonesia. Dengan kesadaran sejarah bangsa Indonesia akan memiliki pondasi yang kuat sebagai landasan berdiri bagi eksistensinya. Kesadaran sejarah akan memberikan ikatan yang kokoh bagi semua komponen bangsa Indonesia, karena bukan hal yang mudah memelihara semangat nasionalisme di era globalisasi ini.
Selama ini kurikulum pendidikan kita cenderung mendiktekan bahwa pelajaran sejarah Indonesia tak perlu benar-benar diajarkan karena dianggap membosankan. Maka tidak mengherankan bila anak didik kita kurang mengenal suatu nationhood yang dalam dimensi utuhnya mengemban doktrin selfdetermination, sovereignity, dan territorial intergrity. Oleh karena itu, pembelajaran sejarah di luar kelas dengan mengunjungi berbagai tempat bersejarah menjadi sesuatu yang perlu dilakukan, karena dengan kegiatan ini siswa sebagai bagian generasi muda akan dapat mengetahui peninggalan-peninggalan sejarah secara langsung. Harapannya adalah kuatnya rasa memiliki terhadap aset masa lalu bangsa sehingga dapat turut serta melestarikannya. Berangkat dari kenyataan di atas, maka Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Bandung merasa perlu untuk melengkapi proses belajar sejarah dengan menyelenggarakan “Lawatan Sejarah”, yaitu suatu kegiatan aplikatif berupa kunjungan ke tempat-tempat bersejarah guna rekreasi dan inspirasi.
B. Tujuan
Adapun tujuan penyelenggaraan kegiatan Lawatan Sejarah adalah sebagai berikut:
1. Menumbuhkan kesadaran sejarah bagi generasi muda.
2. Melengkapi metode belajar sejarah agar tujuan belajar sejarah dapat tercapai sesuai dengan guna ilmu sejarah itu sendiri.
3. Memperkenalkan tempat-tempat bersejarah di Kabupaten Kuningan.
C. Tema
Tema : “Melalui Lawatan Sejarah Kita Tingkatkan Kesadaran Sejarah”
D. Ruang Lingkup
Pelaksanaan Lawatan Sejarah pada tahun anggaran 2007 meliputi tempat-tempat bersejarah di Kabupaten Kuningan, yaitu Gedung Perundingan Linggarjati, Taman Purbakala Cipari, Situs Sumur Tujuh Cibulan, dan Situs Balong Kramat Darmaloka.
E. Pembimbing
Pembimbing adalah pegawai BPSNT Bandung yang ditunjuk untuk membimbing peserta dalam kegiatan Lawatan Sejarah dan Mahasiswa Jurusan Sejarah Unpad Bandung.
F. Peserta
Peserta adalah siswa/i dan guru SMA/sederajat yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah masing-masing untuk mengikuti kegiatan Lawatan Sejarah.
G. Peliput
Peliput adalah wartawan/kru media massa yang meliput/mendokumentasikan kegiatan Lawatan Sejarah secara tertulis maupun melalui audio visual.
H. PROFIL
1. Situs Taman Purbakala Cipari
Taman Purbakala Cipari terletak di Kampung Cipari Kelurahan Cigugur Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan. Kampung ini letaknya di sebelah timur kaki Gunung Ciremai pada ketinggian 661 meter di atas permukaan laut. Jarak dari ibukota Kabupaten Kuningan dengan lokasi sekitar 4,5 kilometer dan jarak dari Kota Cirebon 35 kilometer. Lokasi ini dapat ditempuh dengan semua jenis kendaraan.
Objek ini mempunyai luas taman dan museum kurang lebih 2.500 meter2 dengan luas lokasi secara keseluruhan 7000 meter2 dikelilingi tembok batu setinggi 2 meter. Berdasarkan catatan sejarah, Taman Purbakala Cipari ditemukan pada tahun 1972, dengan identifikasi peti kubur batu yang merupakan peninggalan prasejarah. Dari hasil penelitian atau ekskavasi di bawah pimpinan Teguh Amar, MA yang dilakukan pada tahun 1975, menghasilkan temuan-temuan berupa perkakas batu, gerabah, perunggu dan bekas-bekas pondasi. Bertolak dari penemuan tersebut, objek Cipari diduga pernah mengalami dua kali masa pemukiman yaitu pada akhir masa neolithikhum dan awal pengenalan perunggu, itu terjadi pada tahun 1000 Sebelum Masehi sampai dengan 500 Sebelum Masehi.
Tahun 1976 objek Cipari dibangun dan menjadi Taman Purbakala Cipari yang peresmiannya dilakukan tanggal 23 Februari 1978, oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. DR. Syarif Thayeb.
2. Situs Sumur Tujuh Cibulan
Kolam Cibulan terletak di Desa Manis Kidul, Kecamatan Jalaksana di tepi jalan raya Kuningan-Cirebon. Jarak dari Kota Kuningan kurang lebih 7 km ke arah utara atau dari Kota Cirebon kurang lebih 28 km ke arah selatan. Kolam Cibulan merupakan sumber air yang dihuni oleh ikan Kancra Bodas, sebagian masyarakat menyebutnya “ikan kramat” atau “ikan dewa”.
Disekitar kolam itu tumbuh pohon-pohon tropis yang rindang dan menyejukkan. Di tempat ini terdapat patilasan “Prabu Siliwangi” yang konon pernah digunakan sang prabu sebagai tempat bertapa. Selain itu juga terdapat mata air yang disebut Sumur Tujuh yang digunakan untuk membasuh muka dan mandi. Disebut Sumur Tujuh karena adanya 7 buah sumur kecil (mata air) yang masing-masing diberi nama yaitu: Sumur Kajayaan, Sumur Kamulyaan, Sumur Pangabulan, Sumur Cirancana, Sumur Cisadane, Sumur Kamudahan, dan Sumur Keselamatan. Kolam ini dibangun tahun 1960, sejak itulah ikan Dewa itu menjadi penghuni kolam renang dan menjadi teman berenang.
3. Situs Balong Keramat Darmaloka
Terletak di Desa Darma, Kecamatan Darma, berada di tepi lintasan jalan Cirebon-Kuningan-Ciamis. Dari Kota Kuningan jaraknya kurang lebih 13,5 km ke arah selatan atau kurang lebih 48 km dari Kota Cirebon juga ke arah selatan. Konon Balong Keramat Darmaloka merupakan bekas peninggalan jaman Walisongo dalam rangka penyebaran agama Islam ratusan tahun yang lalu.
Balong keramat Darmaloka terdiri atas beberapa bagian yaitu: Balong Ageung, Balong Bangsal, Balong Beunteur, Balong Kambang, dan Sumber Air Cibinuang. Balong Keramat Darmaloka juga dihuni oleh ikan kancra bodas atau ikan dewa. Disekeliling kolam banyak ditumbuhi pepohonan tropis yang berusia tua.
4. Gedung Perundingan Linggarjati
Bangunan ini terletak di Desa Linggarjati Kecamatan Cilimus di kaki Gunung Ciremai bagian tenggara. Jarak dari Kota Kuningan kurang lebih 14 km daerah utara atau kurang lebih 26 km dari Kota Cirebon ke arah selatan.
Pada tanggal 11-15 Nopember 1946, dipergunakan sebagai tempat perundingan antara pemerintah Republik Indonesia yang diwakili oleh PM Sutan Syahrir dengan anggota A.K. Gani, Susanto Tirtodiprojo, dan Mr. Mohamad Roem. Sedangkan delegasi Belanda dipimpin oleh Schermerhorn. Sebagai penengah adalah Duta Besar Inggris Lord Killearn. Dari perundingan tersebut menghasilkan naskah Perjanjian Linggarjati yang terdiri dari 17 pasal, selanjutnya di tandatangani di Jakarta pada tanggal 25 Maret 1945.
Kehidupan berbangsa dan bernegara senantiasa dibayangi oleh masalah disintegrasi bangsa. Persoalan disintegrasi bangsa sudah ada sejak Negara Kesatuan Republik Indonesia diproklamirkan dan sampai sekarang masalah itu tidak kunjung selesai. Para ahli telah melontarkan pendapatnya bahwa untuk mengatasi masalah disintegrasi itu perlu dibangun kesadaran sejarah untuk seluruh rakyat Indonesia. Dengan kesadaran sejarah bangsa Indonesia akan memiliki pondasi yang kuat sebagai landasan berdiri bagi eksistensinya. Kesadaran sejarah akan memberikan ikatan yang kokoh bagi semua komponen bangsa Indonesia, karena bukan hal yang mudah memelihara semangat nasionalisme di era globalisasi ini.
Selama ini kurikulum pendidikan kita cenderung mendiktekan bahwa pelajaran sejarah Indonesia tak perlu benar-benar diajarkan karena dianggap membosankan. Maka tidak mengherankan bila anak didik kita kurang mengenal suatu nationhood yang dalam dimensi utuhnya mengemban doktrin selfdetermination, sovereignity, dan territorial intergrity. Oleh karena itu, pembelajaran sejarah di luar kelas dengan mengunjungi berbagai tempat bersejarah menjadi sesuatu yang perlu dilakukan, karena dengan kegiatan ini siswa sebagai bagian generasi muda akan dapat mengetahui peninggalan-peninggalan sejarah secara langsung. Harapannya adalah kuatnya rasa memiliki terhadap aset masa lalu bangsa sehingga dapat turut serta melestarikannya. Berangkat dari kenyataan di atas, maka Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Bandung merasa perlu untuk melengkapi proses belajar sejarah dengan menyelenggarakan “Lawatan Sejarah”, yaitu suatu kegiatan aplikatif berupa kunjungan ke tempat-tempat bersejarah guna rekreasi dan inspirasi.
B. Tujuan
Adapun tujuan penyelenggaraan kegiatan Lawatan Sejarah adalah sebagai berikut:
1. Menumbuhkan kesadaran sejarah bagi generasi muda.
2. Melengkapi metode belajar sejarah agar tujuan belajar sejarah dapat tercapai sesuai dengan guna ilmu sejarah itu sendiri.
3. Memperkenalkan tempat-tempat bersejarah di Kabupaten Kuningan.
C. Tema
Tema : “Melalui Lawatan Sejarah Kita Tingkatkan Kesadaran Sejarah”
D. Ruang Lingkup
Pelaksanaan Lawatan Sejarah pada tahun anggaran 2007 meliputi tempat-tempat bersejarah di Kabupaten Kuningan, yaitu Gedung Perundingan Linggarjati, Taman Purbakala Cipari, Situs Sumur Tujuh Cibulan, dan Situs Balong Kramat Darmaloka.
E. Pembimbing
Pembimbing adalah pegawai BPSNT Bandung yang ditunjuk untuk membimbing peserta dalam kegiatan Lawatan Sejarah dan Mahasiswa Jurusan Sejarah Unpad Bandung.
F. Peserta
Peserta adalah siswa/i dan guru SMA/sederajat yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah masing-masing untuk mengikuti kegiatan Lawatan Sejarah.
G. Peliput
Peliput adalah wartawan/kru media massa yang meliput/mendokumentasikan kegiatan Lawatan Sejarah secara tertulis maupun melalui audio visual.
H. PROFIL
1. Situs Taman Purbakala Cipari
Taman Purbakala Cipari terletak di Kampung Cipari Kelurahan Cigugur Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan. Kampung ini letaknya di sebelah timur kaki Gunung Ciremai pada ketinggian 661 meter di atas permukaan laut. Jarak dari ibukota Kabupaten Kuningan dengan lokasi sekitar 4,5 kilometer dan jarak dari Kota Cirebon 35 kilometer. Lokasi ini dapat ditempuh dengan semua jenis kendaraan.
Objek ini mempunyai luas taman dan museum kurang lebih 2.500 meter2 dengan luas lokasi secara keseluruhan 7000 meter2 dikelilingi tembok batu setinggi 2 meter. Berdasarkan catatan sejarah, Taman Purbakala Cipari ditemukan pada tahun 1972, dengan identifikasi peti kubur batu yang merupakan peninggalan prasejarah. Dari hasil penelitian atau ekskavasi di bawah pimpinan Teguh Amar, MA yang dilakukan pada tahun 1975, menghasilkan temuan-temuan berupa perkakas batu, gerabah, perunggu dan bekas-bekas pondasi. Bertolak dari penemuan tersebut, objek Cipari diduga pernah mengalami dua kali masa pemukiman yaitu pada akhir masa neolithikhum dan awal pengenalan perunggu, itu terjadi pada tahun 1000 Sebelum Masehi sampai dengan 500 Sebelum Masehi.
Tahun 1976 objek Cipari dibangun dan menjadi Taman Purbakala Cipari yang peresmiannya dilakukan tanggal 23 Februari 1978, oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. DR. Syarif Thayeb.
2. Situs Sumur Tujuh Cibulan
Kolam Cibulan terletak di Desa Manis Kidul, Kecamatan Jalaksana di tepi jalan raya Kuningan-Cirebon. Jarak dari Kota Kuningan kurang lebih 7 km ke arah utara atau dari Kota Cirebon kurang lebih 28 km ke arah selatan. Kolam Cibulan merupakan sumber air yang dihuni oleh ikan Kancra Bodas, sebagian masyarakat menyebutnya “ikan kramat” atau “ikan dewa”.
Disekitar kolam itu tumbuh pohon-pohon tropis yang rindang dan menyejukkan. Di tempat ini terdapat patilasan “Prabu Siliwangi” yang konon pernah digunakan sang prabu sebagai tempat bertapa. Selain itu juga terdapat mata air yang disebut Sumur Tujuh yang digunakan untuk membasuh muka dan mandi. Disebut Sumur Tujuh karena adanya 7 buah sumur kecil (mata air) yang masing-masing diberi nama yaitu: Sumur Kajayaan, Sumur Kamulyaan, Sumur Pangabulan, Sumur Cirancana, Sumur Cisadane, Sumur Kamudahan, dan Sumur Keselamatan. Kolam ini dibangun tahun 1960, sejak itulah ikan Dewa itu menjadi penghuni kolam renang dan menjadi teman berenang.
3. Situs Balong Keramat Darmaloka
Terletak di Desa Darma, Kecamatan Darma, berada di tepi lintasan jalan Cirebon-Kuningan-Ciamis. Dari Kota Kuningan jaraknya kurang lebih 13,5 km ke arah selatan atau kurang lebih 48 km dari Kota Cirebon juga ke arah selatan. Konon Balong Keramat Darmaloka merupakan bekas peninggalan jaman Walisongo dalam rangka penyebaran agama Islam ratusan tahun yang lalu.
Balong keramat Darmaloka terdiri atas beberapa bagian yaitu: Balong Ageung, Balong Bangsal, Balong Beunteur, Balong Kambang, dan Sumber Air Cibinuang. Balong Keramat Darmaloka juga dihuni oleh ikan kancra bodas atau ikan dewa. Disekeliling kolam banyak ditumbuhi pepohonan tropis yang berusia tua.
4. Gedung Perundingan Linggarjati
Bangunan ini terletak di Desa Linggarjati Kecamatan Cilimus di kaki Gunung Ciremai bagian tenggara. Jarak dari Kota Kuningan kurang lebih 14 km daerah utara atau kurang lebih 26 km dari Kota Cirebon ke arah selatan.
Pada tanggal 11-15 Nopember 1946, dipergunakan sebagai tempat perundingan antara pemerintah Republik Indonesia yang diwakili oleh PM Sutan Syahrir dengan anggota A.K. Gani, Susanto Tirtodiprojo, dan Mr. Mohamad Roem. Sedangkan delegasi Belanda dipimpin oleh Schermerhorn. Sebagai penengah adalah Duta Besar Inggris Lord Killearn. Dari perundingan tersebut menghasilkan naskah Perjanjian Linggarjati yang terdiri dari 17 pasal, selanjutnya di tandatangani di Jakarta pada tanggal 25 Maret 1945.